Selasa, 06 Desember 2011

Lagu untuk matahari dan bulan


Lagu untuk matahari dan bulan
                Di sebuah rumah sederhana, “tiwi..... prathiwi cepat bangun”. Seru seorang wanita dari balik pintu sebuah kamar kecil dan sederhana, di ranjang ada seorang seorang gadis yang masih tertidur pulas dengan tampang kusut dan rambut panjangnya yang awut-awutan.
                BRAK...... pintu kamar itu terbuka. “hei.... anak malas jangan tidur saja”. Omel seorang wanita muda yang kini sedang berkacak pinggang memandangi gadis yang dipanggilnya Pratiwi. “akh.... tante biarkan aku tidur lima menit lagi. plissss”jawab pratiwi masih dengan mata terpejam dan beringsut dalam selimutnya. “hey,,ayo cepat bangun dan antarkan botol-botol susu itu kalau tidak kau tak akan dapat sarapan!”. Ancam wanita itu. “ng........ iya iya tante Luna ku sayang, aku antarkan”. Jawab tiwi malas. “ayo cepatlah....!!”omel wanita yang di panggil tante Luna oleh tiwi. Sejenak tiwi melirik jam dinding dikamarnya ‘owh Tuhan ini masih pukul 04.00 subuh, tega benar tante membangunkanku pagi buta begini hanya untuk mengantar susu’rutuk tiwi dalam hati.

                Vennera high school,terlihat tiwi berlari dikoridor dan berhenti tepat di depan pintu kelas XII 2, dia terlihat ragu untuk mengetuk pintu kelas “se..lamat pagi”ucapnya. ‘arghh... andai saja aku tak dibangunkan tante luna buat nganterin susu pasti aku ngak tidur lagi paginya dan bakal telat gini’ucapnya dallam hati. Tak disangka dihadapan tiwi sudah berdiri sosok tegap,berkumis tebal dan membawa penggaris kayu ditangannya,sontak tiwi terkejut “he..he..he..selamat pagi pak joo”ucap tiwi cengengesan. Guru matematika tiwi yang bernama joko namun akrab dipanggil pak joo oleh murid-muridnya hanya mengadu penggaris kayu itu pada telapak tangannya dan berkata “ini sudah yang ke 3 kalinya kamu terlambat pada mata pelajaran matematika, kamu tahu kan apa sangsinya ?”. “iya pak,, maaf ”tiwi hanya menunduk. “bagus kalau kamu sadar,sekarang berdiri di koridor sampai jam pelajaran saya selesai, bapak harap kamu tidak terlambat lagi.” Dengan berat hati tiwi berdiri dikoridor dan sesekali menatap langit cerah pagi itu.
                11 tahun yang lalu, “mama... papa.. kalian mau kemana ??”tanya tiwi kecil sambil menangis. “tiwi sayang.. mama dan papa hanya pergi sebentar, nanti pasti mama dan papa akan menjemput tiwi”kata ibu tiwi sambil memeluk anaknya erat. Tiwi kecil hanya menangis sambil membalas pelukan ibunya. “tiwi.. untuk sementara kamu tinggal sama tante luna dulu ya,, papa pasti menjemputmu.”kata ayah tiwi sambil mengusap air mata tiwi kecil. Terlihat ayah dan ibu tiwi meninggalkan tiwi dalam pelukan tantenya Luna, bayang ayah dan ibu tiwi pun perlahan manghilang,lalu lamunan tiwi buyar dengan tepuka keras di bahunya “hei,, dari tadi melamun aja ”sapa seseorang disamping tiwi. “ng.. ehh kamu,surya.bikin kaget ajah”jawab tiwi agak kaget. “kantin yuk,, candra dah nunggu.. katanya kita mau ngebahas persiapan buat ntar malem”kata surya. “ok ok...”jawab tiwi namun pikirannya masih melanglang jauh ‘hnn,,kenapa aku teringat tentang mereka ?? kenapa ingatan itu muncul kembali,?’.
                Mini konser disebuah kafe, tiwi berdiri di atas panggung memegangi bassnya bersama dua rekannya surya yang bermain drum dan cadra yang bermain gitar sekaligus vokalis. Lagu-lagu yang mereka mainkan mampu memukau para pengunjung kafe. Tiwi turun dari panggung dengan wajah gembira dengan segurat senyum manis dibibirnya. “kamu keren banget tadi main bassnya, keponakan tante emang hebat”kata tante luna yang tiba-tiba saja muncul dan memeluk tiwi. “djiahh tante lulu lepaskan aku, aku khan bukan anak kecil lagi yang doyannya dipeluk”ucap tiwi protes “huss,,, jangan manggil lulu sembarangan ini khan tempat umum,tante malu tau ”kata tante luna sambil mecubit pipi tiwi. “owh ya,, ikut tante yuk”lanjutnya sambil menarik lengan tiwi. “mau kemana ??” tanya tiwi penasaran. “kita makan-makan mumpung bayaran manggung kamu tadi lumayan banyak”jawab tante luna. “haaa ?? kenapa duitnya ngak ditabung ajah.”ucap tiwi tidak setuju. “haha sudahlah ngak apa-apa ? tante kasihan sama kamu udah tiap subuh nganterin susu, sekali-sekali bii traktir makan”jawab tante luna dengan santainya. ‘tapi yang dipake buat makan-makan itu kan hasil kerjaku, mana bisa dibilang traktiran haha’kata tiwi dalam hati.
                Malam yang cerah bulan purnama bersinar terang, tiwi duduk didekat jendela kamarnya memegangi gitarnya. Dia menatap bulan purnama itu dalam hatinya ia berkata ‘mama... papa... entah kalian berada dimana saat ini, aku yakin kalian pasti bisa melihat bulan purnama indah yang sama dengan yang tiwi lihat,merasakan hangatnya mentari yang sama dengan yang tiwi rasakan. Tiwi selalu bertanya kenapa kalian ngak juga ngejemput tiwi, apa kalin melupakan janji kalian 11 tahun yang lalu. Tiwi sempat berfikir kalian ngelupain tiwi dan tiwi juga benci sama mama papa, tapi tiwi sadar dan tiwi tahu orang tua ngak bakal ngelupain anaknya dan tiwi selalu berharap suatu saat nanti kalian bisa jemput tiwi,semoga saja’.
                Siang yang panas,disaat  matahari begitu percaya diri memancarkan sinarnya tepat diatas kepala semua orang, pintu rumah tiwi diketul. “yaa.. tunggu sebentar”kata tiwi menuju pintu. KLEK... pintu dibuka, seketika mata tiwi terbalalak menatap tak percaya siapa yang dilihatnya sekarang. “ma..ma.... papa...”ucap tiwi masih kaget tak percaya, “ada siapa ti......... ??”pertanyaan tante Luna terpotong saat menatap kedua orang tua Tiwi, “tiwi... ini kamu tiwi...kamu sudah besar sekarang”ucap ibu tiwi sambil memeluk erat anaknya itu, Tiwi hanya menagis dia tak mampu berucap dia merasa berbagai perasaan campur aduk berkecamuk dihatinya. Entah dia harus senang karena bertemu lagi dengan orang tuanya atau marah karena mereka tak pernah memberi kabar padanya selama 11 tahun. Semua bagaikan mimpi tiwi masih tak percaya dia menutup matanya rapat-rapat dan membukanya kembali dan ternyata ayah dan ibunya masih disina, yaa disina saat itu juga tidak menghilang seperti biasa saat ia sedang melamun. Tante luna yang sedari taditertegun ikut memeluk tiwi bersama ibunya. Sedangkan ayah tiwi yang sedari tadi berdiri diam mulai meneteskan air mata sambil mengusap kepala tiwi.
                 Kedua orang tua tiwi menceritakan kejadian sesungguhnya mengapa tiwi dititipkan kepaada tante luna, semua itu karena perusahaan ayah tiwi bangkrut dan memiliki banyak hutang, saat itu keluarga tiwi benar-benar tidak memiliki apa-apa lagi dan dikejar-kejar penagih hitang, kedua orang tua tiwi memutuskan merantau mencoba membangun bisnis baru ditempat lain dan menitipkan tiwi pada tante luna agar kehidupan tiwi  terjamin. Kedua orang tua tiwi tidak memberi kabar selama ini karena mereka benar-benar tidak tahu alamat rumah tante luna dan memang tante luna dan tiwi sudah dua kali pindah rumah, berkali-kali mereka mengirim surat namun tak pernah ada balasan. Dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk mencari tiwi.“tiwi, papa mama sekarang datang menjemput tiwi, tiga hari lagi tiwi pulang kerumah dan tinggal sama papa mama”kata ayah tiwi sambil tersenyum. Tiwi mengangguk sambil tersenyum tak sengaja tiwi menatap wajah tante luna ada raut kesedihan tergambar di wajahnya.
                Tiwi masih terjaga, dari tadi dia hanya membolak-balikan tubuhnya tanpa mampu memejamkan matanya. Ia sibuk berkutat dengan pikiran-pikirannya,ia mengingat kembali semua kenangan-kenangan indah yang ia lalui bersama tante luna, ia mengingat siapa yang mengajarinya ketika memiliki PR, dia ingat siapa yang merawatnya saat ia sakit dan dia ingat siapa yang selalu memberikanya nasehat untuk berhemat. Seakan ada tombol replay diotaknya semua terputar ulang kembali. Tiwi bingung,ia ragu haruskah ia meninggalkan seseorang yang telah lama bersamanya seseorang yang telah merawatnya, mengajarinya banyak hal, dan selalu memberikan nasehat padanya.
                Tiwi menelungkupkan kepalanya dimeja perpustakaan, “hei hei...tiwi.. prathiwi,suram banget,”kata surya sambil memegangi bahu tiwi, “kamu kenapa wi, suram banget”kata candra yang sekarang duduk dikursi tepat didepan tiwi. Tiwi mangangkat kepalanya “aku bingung..” jawabnya sambil menangis.. “loh loh.. kok malah nangis”kata surya dan candra kompak. Tiwipun menceritakan semua yang terjadi  tentang ayah dan ibunya yang tiba-tiba datang dan mengajaknya untuk tinggal bersama mereka. “jadi apa keputusanmu ??”tanya surya. Tiwi hanya menggeleng. “sebaiknya kamu harus memlih,, seseorang yang benar-benar pantas kamu pilih, jangan pernah menyakiti seseorang yang kamu sayangi dan benar-benar menyayangimu”kata candra sambil mengacak rambut tiwi.
                Senja yang indah, tiwi bersama kedua orang tuanya duduk bersama. “ma.. pa,, aku mau bilang sesuatu”kata tiwi membuka pembicaraan, “mau bilang apa nak ?”jawab ayah tiwi. “begini,,pa.. ma.. aku ngak bisa ikut papa mama pergi, aku masih pengen tinggal sama tante luna. Aku tahu kalau mama papa bakal kecewa sama keputusanku tapi aku masih pengen tinggal sama tante luna, tante luna yang selalu ngajarin aku,ngerawat aku, maafin tiwi ya ma.. pa.., tiwi janji suatu saat nanti tiwi pasti tinggal sama papa mama, tapi untuk saat ini tiwi belum siap ninggalin tante luna”kata tiwi sambil memeluk ibu dan ayahnya. “baiklah,, papa mengerti kamu boleh tinggal bersama tante luna asalkan biaya hidup dan sekolah kamu biar papa yang naggung dan janji suatu saat nanti kamu tinggal sama papa dan mama ya”kata ayah tiwi, “iyawh mama bakal jengukin kamu kesini”ibu tiwi menambahkan. Dibalik tembok ruang tamu ada seseorang yang sedari tadi mendenbgar pembicaraan keluarga itu, dia mendekap erat album yang sedari tadi dilihatnya, itu tante luna dia terharu,dia senangdan dia manangis bahagia mendengar ucapan tiwi, dia masih bisa bersama keponkannya yang selalu dia sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar